Selasa, 28 September 2010

Opini Tentang Senirupa Indonesia

Tugas Industri Kereatif
Nama        : Teguh Candra Budiman
NIM          : 3070550007
29-09-2010
Opini  Tentang Senirupa Indonesia
Senirupa Indonesia di masa kolonial Belanda, dibentuk sebuah organisasi yang bernama Moe Indie, yang mempunyai cirikhas lukisan Moe Indie hanya melukis atau menggambarkan keindahan-keindahan saja, yang ada di wilayah Indonesia yang di jadikan bahan promosi oleh bangsa Belanda untuk menarik wisatawan dari luar negri, yang hasilnya hanya dinikmati oleh bangsa Belanda. Seniman-siniman Moe Indie antara lain:
-         Abdula Suryo Subroto, dengan karya terkenal yang berjudul “ Gunung Tangkuban Perahu “
-         Wakidi, dengan karya terkenal yang berjudul “ Garay Si Ngantuk “
-         Firngardi, dengan karya “ Drawing mengenai Flora dan Fauna “
Moe Indie di teruskan oleh Basuki Abdula, sebelum akhirnya Moe Indie bubar pada tahun 1938, kemudian muncul organisasi baru yaitu PERSAGI (Persatuan Ahli-Ahli Gambar Indonesia) di mana Agus Djaya terpilih sebagai Ketua dan S. Sudjojono sebagai sekretaris. Pada masa itu beliau menjabat Guru Kepala dan Guru Gambar. Seniman-seniman PERSAGI antara lain :
-         Emeria Sunasa
-         Sudiarjo
-         Hrbe hutagalo
-         S.Tutur
-         Oton Laksmana
-         Ramli
-         Sumitro
-         DLL
Berkat ketekunan dan kerja keras selama 4 tahun, akhirnya beliau berhasil memamerkan karya rekan-rekan seniman PERSAGI yang kebanyakan otodidak. Pameran tersebut diadakan di Gedung Bataviasch Kunstkring, pada bulan Mei-Juni 1940. Adapun Ketua Bataviasch Kunstkring, Nyonya de Loos Haaxman dibantu seniman Jan Frank selaku ketua panitia seleksi pemasukan pada setiap pameran merupakan barometer Seni Lukis yang bertaraf internasional.
Pameran tersebut merupakan tonggak semangat penting dalam sejarah seni lukis Indonesia, karena merupakan embrio lahirnya perwujudan Seni Lukis Indonesia Modern yang diakui dunia internasional, setahap dengan Seni Lukis Kontemporer Belanda saat itu. Di samping itu, pameran tersebut merupakan perwujudan dari generasi seniman Indonesia modern yang terampil secara batiniah serta dapat menikmati apresiasi yang lebih wajar dan memiliki kedudukan sosial yang lebih baik dan berkembang dari masa ke masa.
Kemudian muncul lagi Priode Sanggar Seniman Masyarakat pada tahun 1946 didirikan oleh Apandi, dan Sanggar-sanggar pada tahun 1950, kemudian dirubah menjadi Seniman Indonesia Muda atau SIMyang didirikan oleh Sujojono pada tahun 1946 di Jokja, kemudian di tahun 1947 pindah ke Solo berupa sanggar yang anggotanya:
-         Afandi              -     Hendra            -     Dulah           -     Kartono         -     Sudarso
-         Sudrajo            -     Surono             -     Tubus          -     Setsoso          -     Rusdi
-         Heryadi            -     Suromo            -     Zaini             -      D’joes
-         Kartono Yudho Kusumo                -     Basuki Resobawo         -           Abdul Salam
Pada tahun 1948 SIM ini pindah lagi ke Jokja dan masuk anggota baru antara lain :
-         Oesman Efendi
-         Trisno Sumardjo
-         Mardian
-         Suparto
-         Srihadi
-         Wakijan
Kemudian pada tahun 1947 muncul lagi perkumpulan Pelukis Rakyat yang anggotanya sebagian besar pindahan dari SIM dan menerima anggota-anggota muda yang baru antara lain:
-         Sartono                                    -           Permadi
-         CJ Ali                                       -           Amrus Natasya
-         Rustamaji                                 -           Sutrisno
-         Sumitro                                    -           Fajar Sidik
-         Suyono
Dan pada tahun 1948 di buka cabang baru yaitu Seni Patung Di bagi 2 ( dua ) jenis yaitu Patung Tanah Liat dan Patung Pahat.
Pada tahun 1948 diadakan Kongres Kesenian pertam di mangelang, di pimpin oleh Ngongso Bedoyo SH, hasil Kongres ini dapat menyatukan SIM dan Pelukis Rakyat.
Kurang lebihnya saya minta maaf!!!!!!!TERIMAKASI.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar